Catatan Harian Seorang Pemantau: Menelusuri Pilkada Jakarta

Desain muka hasil pemantauan ICW untuk Pilkada Jakarta 2024

Pilkada Jakarta telah usai, dan Gubernur baru telah resmi duduk di tampuk kekuasaan. Namun, bukan berarti kita harus melupakan Pilkada 2024 kemarin. Cerita dan pelajaran dari Pilkada tetap layak untuk disimak, terlebih karena bayang-bayang kecurangan masih terus bermunculan.

Pilkada serentak 2024 adalah momentum bersejarah selama republik berdiri. Untuk pertama kalinya, seluruh negeri memilih kepala daerah secara bersamaan. Akan tetapi, alih-alih memberikan harapan, ia justru diprediksi sarat akan praktik culas. Politik uang, berupa iming-iming pemberian barang, sogokan materi, hingga janji manis para kandidat diramalkan jadi praktik yang lazim. Lebih dari itu, praktik lancung lain seperti mahar politik dan dana kampanye gelap juga dikhawatirkan tak kalah hebat menjamur. Mirisnya, semua berlangsung dalam pengawasan yang loyo, penegakan hukum yang tumpul, serta patronase dan klientelisme yang mengakar. Jurang kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang menganga menambah kekhawatiran akan tumbuh suburnya praktik-praktik lancung dalam pilkada.

Jakarta, selaiknya daerah-daerah lain, dihantui oleh praktik-praktik lancung di atas. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI bahkan menempatkan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan tingkat kerawanan paling tinggi se-Indonesia. Berdasarkan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP), Jakarta mendapatkan skor 88.95 dari skala 0-100, sinyal keras bahwa kecurangan berpotensi besar terjadi. Laporan ini bukan sekedar ringkasan, melainkan catatan harian pemantauan lapangan ICW dalam mengawasi Pilkada Jakarta 2024. Bersama warga dan elemen masyarakat sipil lainnya, kami menelusuri jejak tiga pasangan kandidat yang bertarung: Pramono Anung dan Rano Karno, Ridwan Kamil (RK) dan Suswono, serta Dharma Pongrekun dan Kun Wardana. Kami menyajikan catatan harian para pemantau yang menyaksikan langsung dinamika kampanye para kandidat. Sepanjang masa kampanye, kami mengamati dengan saksama, dan menelisik celah yang dapat digunakan untuk berbuat curang. Temuan di lapangan menegaskan bahwa bayang-bayang kecurangan masih kuat menyelimuti Pilkada Jakarta.

 

Dokumen lengkap dari pemantauan Pilkada Jakarta dapat diakses melalui link di bawah ini:

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan